Foto: Corporal Phil Dye/Ministry of Defence via AP
Newsgonusantara.com | Jakarta – Sebuah gunung es yang sempat menjadi gunung es terbesar di Bumi bernama A68a terus mencair dan melelehkan air sebanyak 152 miliar ton ke pulau di sekitarnya.
Air sebanyak ini dihasilkan dalam tiga bulan terakhir, dan berpotensi berdampak pada ekosistem di kawasan tersebut. Sebagai perbandingan, air sebanyak 150 miliar ton itu bisa mengisi lebih dari 60 juta kolam renang ukuran olimpiade.
Gunung es A68a ini pada Juli 2017 lalu juga menarik perhatian publik, karena pecah dan terlepas dari Semenanjung Antartika. Nah, tiga tahun kemudian muncul studi yang mengungkap berapa banyak air yang mencair dari gunung es tersebut.
Penelitiannya dilakukan menggunakan lima satelit untuk mengamati gunung es tersebut. Yaitu dengan menghitung berapa banyak area dan ketebalan gunung es saat bergeser ke Laut Scotia melewati Laut Weddel Antartika.
Saat pecahan gunung es itu mendekati kawasan South Georgia pada Desember 2020, para peneliti pun mulai menakutkan kalau gunung es ini agak mengganggu kehidupan liar di daerah terpencil tersebut.
Lalu dilakukanlah penelitian tersebut, yang mengungkap fakta bahwa dalam periode tiga bulan antara 2020 dan 2021, A68a mencair dengan cepat saat mereka melewati kawasan Drake Passage yang suhu airnya lebih hangat.
“Ini adalah jumlah air yang sangat besar dan yang ingin kami teliti selanjutnya adalah apakah ada dampak positif atau negatif pada ekosistem di South Georgia,” ujar Anne Braakmann-Folgmann, seperti dikutip dari Live Science, Rabu (26/1/2022).
Saat terlepas dari lapisan Larsen C di Semenanjung Antartika, luas A68a ini adalah 6.000 kilometer persegi, atau sedikit lebih luas dari Pulau Bali yang luasnya 5.780 kilometer persegi.
Namun kini volumenya terus berkurang karena A68a terus mencair. Pada April 2021, tercatat gunung es tersebut sudah melelehkan 1 triliun ton air
Post Views: 44